Desain Tajug Gede Cilodong Dibuat Lebih 'Nyunda'

Masjid Raya Cilodong di Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, yang dibangun sejak pertengahan hingga akhir 2017 oleh Pemkab Purwakarta sudah bisa difungsikan. Kendati sebelumnya sempat mangkrak

Desain Tajug Gede Cilodong Dibuat Lebih 'Nyunda'
INILAH, Purwakarta – Masjid Raya Cilodong di Kecamatan Bungursari, Kabupaten Purwakarta, yang dibangun sejak pertengahan hingga akhir 2017 oleh Pemkab Purwakarta sudah bisa difungsikan. Kendati sebelumnya sempat mangkrak karena ada beberapa ornamen yang belum terpasang.
 
Sebagai penggagas pembangunan masjid besar itu, Budayawan Sunda Dedi Mulyadi diangkat menjadi Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). Dedi pun kerap menghabiskan waktunya untuk mengurus masjid yang telah berganti nama menjadi 'Tajug Gede Cilodong'. Ada beberapa penataan yang sedang dikerjakan.
 
Menurut Dedi, Kabupaten Purwakarta memiliki ikon baru di dunia religi Islam. Ikon tersebut bernama Tajug Gede Cilodong. Tajug dalam bahasa Sunda bermakna masjid, sementara Gede bermakna besar. Sesuai namanya, masjid ini terletak di sebuah area tanah seluas 10 hektare. Satu hektare digunakan untuk masjid, sisanya untuk fasilitas penunjang. 
 
Dedi menjelaskan, ihwal filosofi pembangunan masjid tersebut. Menurutnya, nama daerah dipilih menjadi nama masjid sebagai penegas unsur kultur lokal. Dia ingin mengikuti kebiasaan para kiai terdahulu menamakan pesantren dengan nama daerah.
 
"Nama masjid ini tidak meninggalkan identitas. Terletak di Cilodong ya sudah namanya Cilodong saja. Kiai memberikan nama untuk pesantrennya kan selalu menggunakan nama daerah. Ada Tebu Ireng, ada Lirboyo, kalau di Purwakarta ada Cipulus, Cikeris, dan lainnya. Ini sesuai dengan khittah para kiai," kata Dedi.
 
Bagian dalam masjid dihiasi berbagai ukiran khas Jawa Barat. Ukiran tersebut terbuat dari kayu jati pilihan dan sengaja didatangkan dari Gunung Jati Cirebon. Hal ini mengingat penyebaran Islam pertama kali terjadi di daerah timur Jawa Barat tersebut. Secara pribadi, Dedi menerima amanah sebagai Ketua DKM juga merupakan pengamalan dari amanat Sunan Gunung Jati. 
 
"Kanjeng Syaikh (Sunan Gunung Jati) di akhir hidupnya mengatakan titip tajug dan fakir miskin. Ini terus terang saja menjadi spirit saya. Karena itu, selain untuk kegiatan religi, tajug ini akan digunakan untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Sisa lahan 9 hektare sebentar lagi dibangun area urban farming dan kawasan agrowisata. Saya kira, ini positif ya," jelas dia.
 
Sebelumnya, Dedi sempat mengutarakan alasan dirinya saat menjabat bupati dulu ingin membangun pusat peribadatan di Cilodong. Salah satunya untuk menghilangkan imej negatif tentang wilayah tersebut. Mengingat selama ini Cilodong terkenal dengan tempat prostitusi jalanan yang ada di Purwakarta. 
 
"Kawasan Cilodong dulu terkenal dengan lokasi prostitusi. Makanya kami berupaya untuk mengubah imej negatif itu, " ujarnya. 
 
Dedi menambahkan, terkait arsitektur dan interior yang digunakan dalam pembangunan masjid tersebut. Dalam masjid ini, pihaknya menambah ornamen berupa pilar yang dilapisi ukiran khas Sunda. Adapun masjid besar ini bisa menampung hingga 2.000 jamaah.
 
"Desain arsitekturnya Sunda, nama masjidnya juga kami buat lebih kesundaan. Menurut saya, ini bisa menjadi sarana ibadah sekaligus lokasi wisata religi untuk masyarakat," tambah dia.
 
Berdasarkan pantauan INILAH, Tajug Gede Cilodong memiliki dua lantai. Untuk lantai satu, dikhususkan untuk sarana peribadahan yang bisa menampung hingga 2.000 jamaah. Sedangkan lantai dua dibuat sebuah gedung pertemuan berkapasitas 2.000 orang. Tak hanya itu, ada beberapa taman indah di sekelilingnya. Termasuk, air mancur menari yang saat ini tengah dibangun dari hasil 'Rereongan' jamaah.
 
"Lantai satu bisa menampung dua ribu jamaah. Lantai dua juga bisa masuk dua ribu jamaah. Tajug Gede ini menjadi masjid terbesar di Purwakarta," ujarnya. 
 
Di lokasi, juga terdapat 9 bedug yang siap menjadi penanda waktu masuk shalat. Selain itu, juga disiapkan 9 muadzin yang akan mengumandangkan adzan jika waktu shalat sudah tiba. 
 
"Kalau di Masjid Cipta Rasa Cirebon kan ada 7. Nah, di Tajug Gede ini ada 9 bedug. Angka itu kan angka tertinggi. Saya berangkat dari kosmologi Wali Sembilan atau Wali Songo. Baik, khatib, muadzin dan imam di sini menggunakan pakaian khas Sunda," pungkasnya.
 


Editor : inilahkoran