Komnas HAM Sebut Bogor Kota Toleran

Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam memuji Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dalam membangun toleransi di Kota Bogor. Hal itu diungkapkan Choirul Focus Group Discus

Komnas HAM Sebut Bogor Kota Toleran
INILAH, Bogor - Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam memuji Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto dalam membangun toleransi di Kota Bogor. Hal itu diungkapkan Choirul Focus Group Discussion (FGD) bertajuk ‘Harmonisasi Sosial’ pada Senin (4/2/2019) sore.
 
Hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua MUI Kota Bogor KH Mustofa Abdullah Bin Nuh, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Hendri Fiuser, Dandim 0606/Kota Bogor Letkol Czi Aji Sujiwo, tokoh lintas agama, tokoh masyarakat Kota Bogor, dan komunitas Bogor Sahabat (Bobats).
 
Menurut Choirul Anam, FGD tersebut sangat baik membicarakan fondasi kebangsaan soal membangun toleransi. Dirinya cukup kagum dengan kerukunan antarumat beragama di Kota Bogor. Sayangnya, hal seperti itu jarang terekspos, baik oleh pemberitaan maupun sosial media. 
 
"Tantangan paling besar saat ini adalah merawat toleransi dan kerukunan. Bagaimana caranya merawat kehidupan yang baik tersebut harus dipublikasikan ke semua tempat agar kelompok intoleran betul-betul kecil. Kami sering mempublikasikan kelompok intoleransi ini sehingga dianggapnya merupakan sesuatu yang besar. Padahal yang paling besar adalah kelompok toleran," ungkapnya.
 
Menurutnya, forum ini mengajak semua orang untuk menjadi kelompok pendukung toleransi dan menjadi aktor guyub, akrab, dan sebagainya.
 
"Saya orang Bogor, realitasnya memang seperti ini. Yang penting juga kalau ada kekerasan oleh kelompok intoleran, penegakan hukum dengan tegas. Faktanya Kota Bogor adalah toleransi dan pluralisme. Yang jadi soal adalah nuansa pluralisme dan keberagaman tidak dinaikkan atau dipublikasikan dengan cukup," tambahnya.
 
Ketua MUI Kota Bogor KH Mustofa Abdullah Bin Nuh menyatakan, FGD menjadi titik awal yang baik untuk merawat kebersamaan. Beberapa waktu lalu dirinya mendapat inspirasi dari acara Gusdurian atau haul Gus Dur bahwa ada dua kalimat yang saling berhubungan yakni keberagamaan dan keberagaman. Artinya, nilai keberagaman seseorang ternyata berbanding lurus dengan menghayati keberagamaan.
 
"Semakin dia menghayati dan menghormati keberagaman, sesungguhnya nilai keberagamaannya semakin tinggi. Itu disampaikan oleh guru-guru kita, seperti Syekh Abdul Qodir Jaelani. Justru semakin orang memahami agamanya semakin menghormati keberagaman. Islam sendiri memberi contoh, telah lahir belasan firqoh, ratusan marhab dan ribuan tarekat. Itu menunjukkan Islam sendiri di dalamnya sudah begitu beragam. Ini menjadi satu titik tolak dan aset yang berharga untuk Memandang dunia luar dan menghargai keberagaman tadi," tegas ulama yang akrab disapa Kiai Toto.
 
Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkapkan, FGD ini merupakan langkah Komnas HAM, LSM Imparsial dan Asia Foundation yang ingin membidik Kota Bogor sebagai project kajian tentang kebersamaan dan keberagaman.
 
Bima mengaku, bersama Muspida dan tokoh lintas agama bersepakat bahwa arus utama Kota Bogor adalah mencintai keberagaman. Kalaupun ada yang menolak keberagaman itu adalah minoritas.
 
"Sekarang bagaimana menampilkan semangat mayoritas itu ke permukaan. Gerakan disupport oleh teman-teman ini. Karena mereka mendukung bahwasanya pemerintah lokal ini juga fokus pada isu-isu ini," pungkasnya.


Editor : inilahkoran