Pojok Dilan, Belajar Menghargai Tokoh Tak Harus Tunggu Dia Mati

Pegiat Literasi sekaligus Inisiator Komunitas Rindu Menanti, Rosihan Fahmi menilai rencana didirikannya Dilan's Corner adalah salah satu cara mengajarkan masyarakat bahwa untuk menghargai seseorang to

Pojok Dilan, Belajar Menghargai Tokoh Tak Harus Tunggu Dia Mati
INILAH, Bandung-Pegiat Literasi sekaligus Inisiator Komunitas Rindu Menanti, Rosihan Fahmi menilai rencana didirikannya Dilan's Corner adalah salah satu cara mengajarkan masyarakat bahwa untuk menghargai seseorang tokoh tidak harus menunggunya tidak produktif lagi. Diketahui, Dilan merupakan sosok fiktif dalam novel dan film garapan Pidi Baiq.
 
Setidaknya, dengan diapresiasinya Dilan tersebut bisa membangkitkan semangat pegiat literasi untuk membuat karya yang jempolan.
 
"Munculnya Dilan's Corner ini, kita belajar untuk menghargai. Artinya menghargai seseorang itu tidak harus menunggu dia mati. Syukur-syukur orang masih hidup ini bisa terbakar hatinya untuk membuat karya," ujar Fahmi, Rabu (27/2/2019).
 
Penggagas Angkot Pintar ini juga menilai, Dilan's Corner bisa menjadi peluru peluru untuk mempromosikan Jawa Barat, khusus Kota Bandung. Walaupun lingkupnya hanya wisatawan lokal, mengingat booming Dilan hanya terjadi di negeri ini.
 
"Selain ada di sana (cerita Dilan) sedikit sejarah Bandung di era 1990-an, romantisme Bandung. Singkat kata,  ini keterwakilan Bandung ada di sini (Dilan)," katanya.
 
Hanya saja, menurut dia, bangsa ini miskin dalam urusan menggargai. Hal ini lah yang menjadikan polemik, hingga terjadi pro dan kontra tetang rencana mendirikan Dilan's Corner tersebut. 
 
Memang Fahmi pun mempertanyakan nama Dilan yang digunakan untuk sarana masyarakat berkegiatan literasi tersebut. Jika mau adil, menurutnya banyak nama tokoh lain yang sesuai dengan fakta sejarah dan secara nyata berjasa untuk negara ini, juga bukan hanya sekadar sosok fiktif. 
 
"Kenapa enggak ada Inggit Garnasih (Corner)? , kenapa enggak ada taman dengab nama tokoh yang secara pemikirannya  lebih terasa nyata kepada Bandung dan sekitarnya," katanya.
 
Menurut dia, bila nama Dilan ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, akan lebih baik bilamana memilih nama yang dapat mewakili masyarkat secara luas, misalnya saja Taman Literasi. Dengan begitu, semua pegiat literasi di Jawa Barat, khususnya di Kota Bandung pun mendapatkan pengakuan lewan sarana yang dibangung pemerintah ini.
 
"Kenapa enggak Taman Literasi? Mungkin kalau Taman Literasi akan lebih dihargai. Karena kan literasi bukan hanya menulis," pungkasnya. 


Editor : inilahkoran